halaman

Senin, 26 Maret 2012

Ada Apa Dengan Cinta…?


          Sobat muda, bagaimana kiranya tatkala sepasang remaja muslim sedang dimabuk cinta. Apapun yang dikerjakan terlintas dikepala sang pujaan hatinya. Dimanapun ia berada selalu terbayang wajahnya. Pernahkah sobat mengalaminya? Benarkah itu yang disebut dengan jatuh cinta…?
            Sobat muda, seorang remaja sering kali mudah untuk jatuh hatinya terhadap seorang wanita yang disukainya karena beberapa sebab. Diantaranya adalah karena pandangan pertama yang begitu menggoda dan mempesona. Sebagaimana yang disebutkan oleh ibnu qoyyim al jauziyah dalam kitabnya “Roudhotul muhibbin” bahwa pendorong cinta dari orang yang dicintai ada tiga macam:
Pertama : Pandangan. Pandangan disini bisa berasal dari pandangan mata maupun hatinya, sebagaimana banyak para lelaki yang jatuh cinta terhadap seorang wanita hanya dengan mendengar sifat dan ciri-cirinya. Sedangkan ia sama sekali belum pernah melihatnya.
Kedua : anggapan yang baik. Setelah seseorang melihat dengan pandangannya, maka jika ia memiliki anggapan yang baik terhadap yang dilihatnya, secara otomatis cinta akan tumbuh dan bersemi, demikian sebaliknya jika pandangan tersebut tidak disertai dengan anggapan yang baik, maka cinta pun tidak akan pernah bersemi.
Ketiga,: memikirkan orang yang dilihat dan keterpautan hati dengannya.
Itulah tiga hal yang memicu timbulnya rasa cinta dalam diri seseorang. Maka siapapun orangnya, pria maupun wanita, hendaknlah berhati-hati dalam mengumbar matanya selama belum bisa memanej cinta. Sebab darinya akan timbul rasa cinta. Padahal sebagai remaja muslim harusnya mampu untuk memanej cintanya dengan cara yang dibenarkan oleh agama. Sebagaimana nasehat Rosulullah kepada sepupunya Ali R.A : “Wahai Ali! Janganlah engkau ikuti pandangan pertama dengan pandangan yang kedua, karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi bagianmu (dosa atasmu). HR. Ahmad.
Sobat muda, Cinta bisa menghinggapi siapa saja, suami istri maupun seorang remaja. Bedanya kalo suami istri mereka sudah bisa menyalurkannya dalam ikatan pernikahannya. Sedangkan seorang remaja, kepada siapa ia mengungkapkannya..?. ya tentunya kepada lawan jenisnya kan….!. betul. Dan inilah yang menjadi persoalannya. Bagaimana solusinya jika seorang remaja telah dimabuk cinta. Padahal belum ada tempat untuk menyalurkannya.
Sobat muda, hal ini harus segera ditanggulangi, jika tidak bisa terjadi kerusakan dimuka bumi. Apalagi ditambah dengan berkembanganya teknologi, seperti HP dan internet. Banyak para remaja yang akhirnya melampiaskan perasaannya melalui fasilitas tersebut. misalnya saja internet, banyak jejaring sosial didalamnya, seperti twitter, Friendster, dan facebook. Disana mereka bebas berkomunikasi, saling share status, sehingga tanpa terkontrol akhirnya hal tersebut memicu terjadinya berbagai kemaksiatan.
Melihat kondisi seperti itu sungguh memprihatinkan. Maka kiranya solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan menikah. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ
Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.(HR.Ibnu Majah)
Namun ingat, syaratnya adalah mampu. yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”(HR.Bukhori)
Yang dimaksud baa-ah dalam hadits ini boleh jadi jima’ yaitu mampu berhubungan badan. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud baa-ah adalah telah mampu memberi nafkah.
Inilah solusi terbaik bagi siapa yang ingin memadu kasih. Bukan malah lewat jalan yang haram dan salah. Ingatlah, bahwa kerinduan pada si dia yang diidam-idamkan adalah penyakit. Obatnya tentu saja bukanlah ditambah dengan penyakit lagi. Obatnya adalah dengan menikah.
            Ibnul Qayyim rahimahullah juga mengatakan, “Sesungguhnya obat bagi orang yang saling mencintai adalah dengan menyatunya dua insan tersebut dalam jenjang pernikahan.”
            Lantas bagaimana dengan mereka yang belum mampu menikah…? Penghasilan aja pas-pasan buat kebutuhan harian. Berikut adalah beberapa obat bagi yang dimabuk cinta namun belum sanggup untuk menikah.

Pertama: Berusaha ikhlas dalam beribadah  & Banyak memohon pada-Nya.
Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sungguh, jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”

Kedua: Rajin memenej pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga.

Ketiga: Lebih giat menyibukkan diri
Dalam keadaan fakum biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”

Keempat: Menjauhi musik dan film percintaan
Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan kerinduan. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Sebagaimana ungkapan Fudhail bin ‘Iyadh , “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.” Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.