halaman

Minggu, 09 Januari 2011

manajemen hati

Kenalilah hatimu….!!!!!
Ibnul mulqin As-Syafi’i berkata:”Bahwa baiknya hati itu ada dalam lima perkara; qiro’atul qur’an dan mentadabburinya, mengosongkan perut (shoum), qiyamul lail, merendahkan diri disaat menjelang subuh, dan berkumpul dengan orang-orang sholeh”.

            Dalam dunia medis kita mengenal sebuah organ tubuh manusia yang memiliki peran penting bagi kelangsungan hidupnya. Sistem kerjanya sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Jika ia telah rusak (sakit), maka seseorang tidak akan mampu lagi untuk bertahan hidup. Sebab ia merupakan organ tubuh yang befungsi untuk mentralisir segala bentuk racun yang masuk kedalam tubuhnya. Organ yang dimaksud adalah “hati”.
            Itulah fungsi hati yang memiliki peran penting didalam jasad manusia. Lebih dari pada itu, ternyata ia juga memiliki peran penting bagi jiwa (rohani) manusia, sebab semua amal baik dan buruk bermuara didalam hatinya. Sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa kesehatan jasmani dan rohani seseorang tergantung pada keadaan hatinya.
             
Qalbu adalah Raja yang dita`ati dan Pemimpin yang diikuti.
            Ibarat sebuah kerajaan, seorang raja memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kemaslahatan bagi rakyatnya. Ia memiliki kekuasaan mutlak dan wewenang untuk mengatur segala urusan kerajaannya. Lain halnya dengan rakyatnya, ia bagaikan budak yang harus mentaati perintahnya, mengikuti apa yang menjadi kehendak dan keinginannya.
Seperti itulah kiranya kedudukan hati manusia atas anggota badan lainnya. Hati merupakan pusat kendali terhadap amal perbuatan manusia. Apa yang diinginkan oleh hati akan direalisasikan oleh anggota badan lainnya. Maka tatkala hati senantiasa dibimbing dengan kebaikan, disetir dengan hidayah Allah maka kemaslahatan pun akan diraih, walaupun ia harus berjuang dan berkorban untuk menahan hawa nafsunya. Namun tatkala hati diperbudak oleh hawa nafsu yang akan terjadi adalah kerusakan dan kesengsaraan, walaupun kepuasan telah ia dapatkan, namun ketahuilah bahwa kepuasan yang ia rasakan hanyalah kepuasan semu yang akan segera berakhir.
Maka kebaikan jasad dan amal seseorang tergantung pada keadaan hatinya, sebab ia merupakan pusat kendali dari semua anggota tubuhnya. benar apa yang dinyatakan oleh Rosulullah dalam haditsnya.
« ... ألا وإِنَّ في الجَسَدِ مُضْغَةً إذا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كلُّه ، وإذا فَسَدَتْ فَسَدَ الجسَدُ كله، أَلا وهِيَ الْقَلْبُ » قطعة من حديث أخرجه البخاري ( 1 / 153 ) ومسلم ( 5 / 50 ) .
...Ketahuilah ! Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika, dia baik maka baiklah tubuh seluruhnya, dan jika dia rusak maka rusaklah tubuh seluruhnya. Ketahuilah ! Itulah qalbu”.(HR.Bukhori dan Muslim).

Qolbu adalah tempat perhelatan fitnah.
            Tatkala hati hendak berkata, yang akan menyertainya adalah hawa nafsu, ia akan selalu mendampinginya dalam setiap gerak geriknya, bak permaisuri dipangkuan sang raja. Raja yang bijak tidak akan mudah begitu saja menerima usul permaisurinya. Ia akan mempertimbangkan demi kemaslahatan rakyatnya. Namun raja yang bejat ia akan menuruti apa katanya demi kesenangan dirinya. Demikianlah kondisi hati manusia dalam menghadapai fitnah syubhat dan syahwat yang menjadi sebab kerusakannya. Kejernihannya akan dinodai oleh noda-noda maksiat yang selalu dikampanyekan dan dibisikkan oleh syaithon dan hawa nafsunya. Maka tatkala ia meng-iyakan apa katanya, sedikit demi sedikit kejernihannya akan berubah menjadi keruh, sehingga segala kebaikan tidak akan dapat terlihat olehnya. Mata hatinya telah dibutakan terhadap kebaikan. Rosulullah bersabda

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَعرض الْحَصِيرِ عُوداً عُوداً ، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَت فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَت فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ ، حَتَّى تَعُودَ القُلُوبُ عَلَى قَلْبَيْنِ: قلبٍ أَسْوَدَ مُرْبَادّاً كَالْكُوزِ مُجَخِّياً لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفاً وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَراً ؛ إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ ، وَقَلبٍ أَبْيَضْ ، فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ
 “Fitnah mendatangi qalbu seperti rajutan tikar, selembar-selembar. Qalbu mana saja yang menelannya, niscaya akan menumbuhkan satu titik hitam. Dan mana saja qalbu yang menolaknya, niscaya akan menumbuhkan satu titik putih, sehingga qalbu kembali ke dua jenis : qalbu hitam pekat seperti kendi terbalik yang tidak mengenal yang ma`ruf dan tidak mengingkari yang munkar kecuali apa yang diserap hawa nafsunya. Serta Qalbu putih yang tidak terbahayakan fitnah selama ada langit dan bumi”. (HR. Muslim : 144)

Qolbu mudah berbolak balik.
          Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh qolb adalah mudah berbolak balik, ia mudah diombang ambingkan oleh keadaan. Laksana sebuah kapal yang dihembus oleh kerasnya badai ditengah lautan. Maka tidak heran jika kita saksikan bahwa keadaan seseorang dipagi harinya beriman, namun disore harinya telah berbalik menjadi kafir, demikian pula sebaliknya. Maka alangkah baiknya jika kita bisa mengontrol semangat dalam melakukan kebajikan. Jangan sampai terlalu berlebihan sehingga tatkala future menghampiri, ia akan jatuh dan terpuruk dalam kubangan kemaksiatan yang akhirnya ia sulit untuk dapat bangkit kembali. Sebab kita tidak bisa menjamin kebaikan yang ada pada diri seseorang akan senantiasa bercokol dalam dirinya, melainkan suatu saat bisa berubah menjadi sebaliknya. Hal itu senada dengan apa yang telah disabdakan oleh Rosulullah  
عن المقداد بن الأسود رضي الله عنه قال : لا أقول في رجل خيراً ولاشراً،حتى أنظر ما يختم له ـ يعني ـ بعد شيء سمعته من النبي صلى الله عليه وسلم ، فقيل : وما سمعت ؟ قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: » لقَلب ابنِ آدمَ أشدُّ انقلاباً من القِدْرِ إذا اجْتَمَعَتْ غَلَياناً « أخرجه أحمد(4/4) وصححه الألباني في" الصحيحة"(1772).
Dari Al Miqdad bin Al Aswad R.a berkata : Aku tidak mengatakan tentang seseorang itu baik atau buruk, hingga aku melihat akhir hidupnya – yaitu – setelah ada sesuatu yang aku dengar dari Nabi Saw. Beliau ditanya : Apa yang engkau telah dengar ? Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Sesungghnya Qalbu anak Adam lebih cepak berbalik daripada teko jika airnya mendidih”. (Hr. Ahmad : 4/4 dan  dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah : 1772)
            Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk senantiasa berdo’a kepada Dzat yang membolak balikkan hati (Allah) agar senantiasa diteguhkan hati kita diatas dien-Nya. Sebab tiada daya dan upaya melainkan dari-Nya.